KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang
melimpahkan rahmat taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “RAGAM DAN LARAS BAHASA” salawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW yang telah
mengarahkan kita ke jalan yang lurus, yakni addinul islam.
Makalah ini di susun dan di ajukan untuk
memenujhi salah satu persyaratan mengikuti proses belajar mengajar antara
mahasisiwa dan dosen di SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI.
Selama penyusunan dan pembuatan makalah ini,
kami banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak dengan penuh keikhlasan. Oleh
karena itu pada kesempatan ini kai mengucapkan terima kasih yang sebanyak
banyaknya kepada:
1.
FAHMI GUNAWAN. S.S, M. Hum. Selaku
dosen pembimbing mata kuliah bahasa indonesia
kami menyadari bahwa penulisan makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat kami harapkan dalam pembuatan makalah selanjutnya.
Akhirnya kami berharap agar makalah ini dapat
di terima, dan bermanfaat bagi kami serta bagi para pembaca pada umumnya.
Amin.........
Kendari, 2012
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFFAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang...................................................................... 1
2. Rumusan Masalah................................................................. 2
3. Tujuam Pembahasan............................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
1. Ragam Bahasa....................................................................... 3
2. Laras Bahasa......................................................................... 7
BAB III PENUTUP
1. Kesmpulan............................................................................ 12
2. Saran.................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar belakang
Ragam Bahasa adalah variasi
bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan,
menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut
medium pembicara (Bachman, 1990). Yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di
dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana
resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam
bahasa baku atau ragam bahasa resmi.
Menurut Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan
pemakaian bahasa indonesia, timbul dua masalah pokok,yaitu masalah penggunaan
bahasa baku dan tak baku.Dalam situasi remis,seperti di sekolah,di kantor,atau
didalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku.sebaliknya dalam situasi tak
resmi,seperti dirumah,di taman,dipasar,kita tidak dituntut menggunakan bahasa
baku.
Ditinjau dari media atau sarana yang
digunakan untuk menghasilkan bahasa,yaitu (1) ragam bahsa lisan, (2) ragam
bahasa tulis.bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar dinamakan ragam
bahasa lisan,sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan
dengan huruf sebagai unsur dasarnya,dinamakan ragam bahasa tulis.jadi dalam
ragam bahasa lisan,kita berurusan dengan lafal,dalam ragam bahasa tulis,kita
berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan).selain itu aspek tata bahasa dan
kosa kata dalam kedua jenis ragam itu memiliki hubungan yang erat.ragam bahasa
tulis yang unsur dasarnya huruf,melambangkan ragam bahasa lisan.oleh karena
itu,sering timbul kesan bahwa ragam bahasa lisan dan tulis itu sama.padahal
kedua jenis ragam bahasa itu berkembang menjadi sistem bahasa yang memiliki
seperangkat kaidah yang tidak identik benar,meskipun ada pula
kesamaannya.meskipun ada keberimpitan aspek tata bahasa dan kosa
kata,masing-masing memiliki seperangkat kaidah yang berbeda satu dari yag lain.
2.
Rumusan masalah
Untuk mencari pengertian dari Ragam
bahasa dan laras bahasa dan tempat penggunaan bahasa baku dan bahasa tidak baku
pada tempatnya.
3.
Tujuan pembahasaan
Seiring perkembangan zaman maka
terjadi perkembangan ragam bahasa dan laras bahasa pada masyarakat,sehinggga
memicu penggunaan bahasa tidak baku pada saat situasi resmi.oleh karena itu
penulis mengangkat judul ragam bahasa dan laras bahasa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Ragam bahasa
Didalam bahasa
indonesia disamping dikenal kosa kata baku indonesia dikenal pula kosa kata
bahasa indonesia ragam baku,yang alih-alih disebut sebagai kosa kata baku
bahasa indonesia baku.kosa kata bahasa indonesia ragam baku atau kosa kata
bahasa indonesia baku adalah kosa kata baku bahasa indonesia,yang memiliki ciri
kaidah bahasa indonesia ragam baku,yang di jadkan tolak ukur yang di tetapkan
berdasarkan kesepakatan penutur bahasa indonesia,bukan otoritas lembaga atau
intansi didalam menggunakan bahasa indonesia ragam baku.jadi,kosa kata itu
digunakan didalam ragam baku bukan ragam santai atau ragam akrab.walaupun
demikian,tidak tertutup kemungkinan digunakannya kosa kata ragam baku didalam
pemakaian ragam-ragam yang lain asal tidak mengganggu makna dan rasa bahasa
ragam yang bersangkutan.
Suatu ragam
bahasa,terutama ragam bahasa jurnalistik dan hukum,tidak tertutup kemungkinan untuk
menggunakan bentuk kosa kata ragam bahasa baku agar dapat menjadi anutan bagi
masyarakat pengguna bahasa indonesia.dalam pada itu perlu yang perlu
diperhatikan ialah kaidah tentang norma yang berlaku yang berkaitan dengan
latar belakang pembicaraan (situasi pembicaraan),pelaku bicara,dan topik
pembicaraan (Fishman ed., 1968;Spradley,1980).
Menurut Felicia (2001:8),raga bahasa dibagi berdasarkan:
1. Media pengantarnya atau saranannya,yang terdiri atas:
a. Ragam lisan.
b. Ragam tulis.
Ragam lisan adalah bahasa yang
diujarkan oleh pemakai bahasa.kita dapat menemukan ragam lisan yang
standar,misalnya pada saat orang berpidato atau memberi sambutan,dalam situasi
perkuliahan,ceramah; dan ragam lisan yang nonstandar,misalnya dalam percakapan
antarteman,dipasar,atau dalam kesempatan nonformal lainnya.
Ragam tulis adalah bahasa yang
ditulis atau tercetak.ragam tulispun dapat berupa ragam tulis yang standar
maupun nonstandar.ragam tulis yang standar kita temukan dalam buku
pelajaran,teks,majalah,surat kabar,poster,iklan.kita juga dapat menemukan ragam
tulis nonstandar dalam majalah
remaja,iklan,atau poster.
2.
Berdasarkan situasi dan
pemakaian
Ragam bahasa baku
dapat beerupa : (1) ragam bahasa baku tulis dan (2) ragam bahasa baku
lisan.dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkan
tidak ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi
pelesapan unsur kalimat.oleh karena itu,dalam penggunaan ragam bahasa baku
tulis diperlukan kecepatan dan ketetapan didalam pemilihan kata,penerapan
kaidah ejaan,struktur bentuk kata dan struktur kalimat,serta kelengkapan
unsur-unsur bahasa didalam struktur kalimat.
Ragam bahasa baku
lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi
pelepasan kalimat.Namun,hal itu tidak mengurangi cirri kebakuannya.walaupun
demikian,ketepatan dalam pilihan didalam struktur kalimat tidak menjadi ciri
kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi
pendukung didalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal
berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi
tidak formal atau santai.jika ragam bahasa lisan dituliskan,ragam bahasa itu
tidak dapat disebut sebagai ragam tulis,tetapi tetap disebut sebagai ragam
lisan,hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis.oleh karena itu,bahasa yang
dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan cirri-ciri ragam tulis,walaupun
direalisasikan dalam bentuk tulis,ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan
sebagai ragam tulis.kedua ragam itu masing-masing,ragam tulis dan ragam lisan
memiliki cirri kebakuan yang berbeda.
Contoh perbedaan ragam bahasa lisan dan
ragam bahasa tulis(berdasarkan tata bahasa dan kosa kata):
1.
Tata bahasa
(Bentuk
kata,tata bahasa,struktur kalimat,kosa kata)
a.
Ragam bahasa lisan :
-
Melyana sedang baca surat kabar
-
Ari mau nulis surat
-
Tapi kau tidak boleh nolak lamaran itu.
-
Mereka tinggal di Menteng.
-
Jalan laying itu mengatasi kemacetan lalu lintas.
-
Saya akan tanyakan soal itu
b.
Ragam bahasa tulis :
-
Melyana sedang membaca surat kabar
-
Ari mau menulis surat
-
Namun,engkau tidak boleh menolak lamaran itu.
-
Jalan layang itu dibangun untuk mengatasi kemacetan lalu
lintas.
-
Akan saya tanyakan soal itu.
2.
Kosa kata
Contoh
ragam lisan dan tulis berdasarkan kosa kata :
a.
Ragam lisan
-
Rani bilang kalau kita harus belajar
-
Kita harus bikin karya tulis
-
Rasanya masih terlalu pagi buat saya,pak
b.
Ragam tulis
-
Rani mengatakan bahwa kita harus belajar
-
Kita harus membuat karya tulis.
-
Rasanya masih terlalu muda bagi saya,pak.
Istilah lain yang menggunakan selain ragam bahasa baku adalah ragam
bahasa standar,semi standard an nonstandart.
a.
Ragam standar,
b.
Ragam nonstandard
c.
Ragam semi standar.
Bahasa ragam standar memiliki sifat kemantapan
berupa kaidah dan aturan tetap.akan tetapi,kemantapan itu tidak bersifat
kaku.ragam standar tetap luwes sehingga memungkinkan perubahan dibidang kosa
kata,peristilahan,serta mengizinkan perkembangan berbagai jenis laras yang
diperlukan dalam kehidupan modem (Alwi,1998:14).
Pembedaan antara ragam standar,nonstandard,dan
semi standar dilakukan berdasarkan :
a.
Topik yang sedang dibahas,
b.
Hubungan antar pembicara,
c.
Medium yang digunakan,
d.
Lingkungan atau
e.
Situasi saat pembicaan terjadi
Ciri
yang membedakan antara ragam standar,semi standard an nonstandard :
-
Penggunaan kata sapaan dan kata ganti,
-
Penggunaan kata tertentu,
-
Penggunaan imbuhan,
-
Penggunaan kata sambung (konjungsi),dan
-
Penggunaan fungsi yang lengkap.
Penggunaan kata sapaan dan kata ganti
merupakan ciri pempeda ragam standard an ragam nonstandard yang sangat
menonjol.kepada orang yang kita
hormati,kita akan cenderung menyapa dengan menggunakan kata Bapak,Ibu,Saudara,Anda.jika kita
menyebut diri kita,dalam standar kita akan menggunakan kata saya atau aku.dalam ragam nonstandard,kita akan menggunakan kata gue.
Penggunaan kata tertentu merupakan
cirri lain yang sangat menandai perbedaan ragam standard dan ragam
nonstandard.Dalam ragam standar,digunakan kata-kata yang merupakan bentuk baku
atau istilah dan bidang ilmu tertentu.penggunaan imbuhan adalah ciri lain.dalam
ragam standar kita harus menggunakan imbuhan secara jelas dan teliti.
Penggunaan kata sambung (konjungsi)
dan kata depan (preposisi) merupakan cirri pembeda lain.dalam ragam
nonstandar,sering kali kata sambung dan kata depan dihilangkan.kadang
kala,kenyataan ini meengganggu kejelasan
kalimat.
Contoh : (1) Ibu mengatakan,kita akan
pergi besok
(ia) ibu mengatakan bahwa kita akan
peergi besok
Pada contoh (1) merupakan ragam semi
standard an diperbaiki contoh (ia) yang merupakan ragam standar.
Contoh : (2) Mereka bekerja keras
menyelesaikan pekerjaan itu.
(2a) Mereka bekerja keras untuk
menyelesaikan pekerjaan itu.
Kalimat (1) kehilangan kata sambung
(bahwa),sedangkan kalimat (2) kehilangan kata depan (untuk).dalam laras
jurnalistik kedua kata ini sering dihilangkan.hal ini menunjukkan bahwa laras
jurnalistik termasuk ragam semi standar.
Kelengkapan fungsi merupakan cirri
terakhir yang membedakan ragam standard an nonstandard.artinya,ada bagian dalam
kalimat yang dihilangkan karena situasi sudah di anggap cukup mendukung
pengertian.dalam kalimat-kalimat yang nonstandar itu,predikat kalimat
dihilangkan.seringkali pelepasan fungsi terjadi jika kita menjawab pertanyaan
orang.misalnya, Hai, ida,mau kemana?” “pulang.” Sering kali juga kita menjawab
“tau.” Untuk menyatakan ‘tidak tau.’ Sebenarnya,pembedaan lain,yang juga
muncul,tetapi tidak disebutkan diatas adalah intonasi.Masalahnya,pembeda intonasi
ini hanya ditemukan dalam ragam lisan dan tidak terwujud dalam ragam tulis.
B.Laras Bahasa
Pada
saat digunakan sebagai alat komunikasi,bahasa masuk dalam berbagai laras sesuai
dengan fungsi pemakaianya.jadi, laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa
dan pemakaianya.dalam hal ini kita mengenal iklan, laras ilmiah,laras
populer,laras featue,laras
komik,laras sastra, yang masih dapat di bagi atas laras cerpen, laras
puisi,laras novel, dan sebagainya.
Setiap laras memiliki cirinya sendiri
dan memiliki gaya tersendiri. Setiap laras dapat di sampaikan secara lisan atau
di tulis dalam bentuk standar, semi standar,atau nonstandar. Laras bahasa yang
akan kita bahas pada kesempatan ini adalah laras ilmiah.
2.laras ilmiah
Dalam uraian di atas di katakan bahwa
setiap laras dapat di sampaikan dalam ragam standar, semi standar, atau
nonstandar. Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan laras ilmiah. Laras
ilmiah harus selalu menggunakan ragam standar.
Sebuah
karya tulis ilmiah merupakan hasil rangkaian gagasan yang merupakan hasil
pemikiran, fakta, peristiwa, gejala, dan
pendapat. Jadi, seorang penulis karya ilmiah menyusun kembali berbagai bahan
informasi menjadi sebuah karangan yang utuh. Oleh sebab itu, penyusun atau pembuat
karya ilmiah tidak di sebut pengarang melainkan
di sebut penulis (soeseno,1981: 1).
Dalam uraian di atas dapat di bedakan
antara pengertian realitas dan fakta. Seorang pengarang akan merangkaikan realita
kehidupan dalam sebuah cerita. Sedangkan seorang penulis akan merangkaikan
berbagai fakta dalam sebuah tulisan. Realistis berarti bahwa peristiwa yang di
ceritakan merupakan hal yang benar dan dapat dengan mudah di buktikan
kebenaranya, tetapi tidak secara langsung di alami oleh penulis. Data realistis
dapat berasal dari dokumen, surat keterangan,press release, surat kabar atau sumber bacaan lain,bahkan suatu
peristiwa faktual. Faktual berarti rangkaian peristiwa atau percobaan yang di
ceritakan benar-benar dilihat di rasakan, dan dialami oleh penulis (Marahimin,
1994:378).
Karya
ilmiah memiliki tujuan dan khalayak sasaran yang jelas.meskipun demikian, dalam
karya ilmiah, aspek komunikasi tetap memegang peranan utama. Oleh karenanya,
berbagai kemungkinan untuk penyampaian yang komunikatif tetap haru dipikirkan.
Penulisan karya ilmiah bukan hanya untuk mengekspresikan pikiran tetapi untuk
menyaikan hasil penelitian. Kita harus dapat meyakinkan pembaca akan kebenaran
hasil yang kita temukan di lapangan. Dapat pula, kita menubangkan sebuah teori
berdasarkan hasil penelitian kita. Jadi, sebuah karya ilmiah tetap harus dapat
secara jelas menyampaikan pesan pada pembacanya.
Persyaratan
bagi sebuah tulisan untuk di anggap sebagai sebuah karya ilmiah adalah sebagai
berikut (brotowidjoyo, 1988: 15-16).
1.
Karya ilmiah menyajikan fakta objektif secara sistematis
atau menyajikan aplikasi hukum alam pada situasi spesifik.
2.
Karya ilmiah di tulis secara cermat,tepat,jujur, dan
tidak bersifat terkaan. Dalam pengertian
jujur terkandung sikap etik penulisan ilmiah, yakni penyebutan rujukan dan
kutipan yang jelas.
3.
Karya ilmiah di susun secara sistematis, setiap
langkah di rencanakan secara terkendali, konseptual, dan prosedual.
4.
Karya ilmiah menyajikan rangkaian sebab-akibat dengan
pemahaman dan alasan yang indusif yang mendorong pembaca untuk menarik
kesimpulan.
5.
Karya ilmiah mengandung pandangan yang di sertai
dukungan dan pembuktian berdasarkan suatu hipotetis.
6.
Karya ilmiah ditulis secara tulus. Hal itu berarti
bahwa karya ilmiah hanya mengandung kebenaran faktual sehingga tidak akan
memancing pernyataan benada keraguan. Penulis karya ilmiah tidak boleh
memanipulasi fakta, tidak bersifat ambisius dan berprasangka. Penyajian tidak
boleh bersifat emotif.
7.
Karya ilmiah pada dasarnya bersifat ekspositoris. Jika
pada akhirnya timbul kesan argumentatif dan persuasif, hal itu di timbulkan
oleh penyusunan kerangka karangan yang cermat. Dengan demikian, fakta dan hukum
alam di terapkan pada situasi spesifik itu di biarkan berbicara sendiri.
Pembaca di biarkan mengambil kesimpulan sendiri berupa pembenaran keyakinan dan
keyakinan akan kebenaran karya ilmiah tersebut.
Berdasarkan
uraian di atas,dari segi bahasa, dapat di katakana bahwa karya ilmiah memiliki
tiga ciri yaitu:
1. harus tepat tunggal makna,
tidak remang nalar atau mendua makna
2. harus
secara tepat mendefinisikan setiap istilah, sifat, dan pengertian yang di
gunakan, agar tidak menimbulkan kerancuan atau keraguan
3. harus
singkat, berdasarkan ekonomi bahasa.
Disamping persyaratan tersebut di
atas, untuk dapat di publikasikan sebagai karya ilmiah ada ketentuan struktur
atau format karangan yang kurang lebih bersifat baku. Ketentuan itu merupakan
kesepakatan sebagaimana tertuang dalam internasional standardization organization (ISO).
Publikasi yang tidak mengindakan ketentuan-ketentuan yang tercantum
dalam ISO memberikan kesan bahwa publikasi itu kurang valid sebagai terbitan
ilmiah (soehardjan,1997 :10). Struktur karya ilmiah (soehardjan, 1997 :38)
terdiri atas judul, nama penulis, abstrak, pendahuluan,bahan dan metode, hasil
pembahasan, kesimpulan, ucapan terimakasi dan daftar pustaka.ISO 5966 (1982)
menetapkan agar terdiri atas judul, nama penulis, abstrak, kata kunci,
pendahuluan, inti tluisan ( teori metode, hasil, dan pembahasan), simpulan, dan
usulan, ucapan terimakasih, dan daftar pustaka (soehardjan, 1997 :38).
3.ragam bahasa keilmuan
Menurut
sunaryo, (1994 :). Bahwa dalam kita berkomonikasi, perlu di perhatikan
kaidah-kaidah berbahasa, baik yang berkaitan keebenaran kaidah pemakaian bahasa
sesuai dengan konteks situasi, kondisi, dan sosio budayanya. Pada saat kita
berbahasa, baik lisan maupun tulis, kita selalu memperhatikan factor-faktor
yang menentukan bentuk-bentuk bahasa yang kita gunakan. Pada saat menulis,
misalnya kita selalu memperhatikan siapa pembaca tulisan kita, apa yang kita tulis, apa tujuan tulisan itu,
dan di media apa kita menulis. Hal yang perlu mendapat perhatian terssebut
merupakan faktoer penentu dalam berkomunikasi. faktor-faktor penentu
berkomunikasi meliputi: partisipan, topik latar, tujuan, dan saluran (lisan
atau tulis)
Partisipan
tutur ini berupa PI yaitu pembicara/penulis dan P2 yaitu pembaca atau pendengar
tutur. Agar pesan yang di sampaikan dapat terkomunikasikan dengan baik, maka
pembaca atau penulis perlu (a) mengetahui latar belakang pembaca/pendengar,
dan(b) memperhatikan hubungan antara pembicara/penulis dengan
pendengar/pembaca. Hal itu harus di ketahui agar pilihan bentuk bahasa
digunakan tepat, disamping agar pesanya dapat tersampaikan, agar tidak
menyinggung perasaan, menyepelehkan, merendahkan dan sejenisnya.
Topik
tutur berkenaan dengan masalah apa yang di sampaikan penutur ke penanggap
penutur. Penyampaian topik tutur dapat di lakukan secara: (a) naratif
(peristiwa, perbuatan, cerita), (b) deskriptif (hal-hal faktual : keadaan,
tempat barang, dsb.), (c). ekspositoris, (d) argumentatif dan persuasif.
Ragam bahasa keilmuan mempunyai ciri:
(1) Cendekia :
bahasa Indonesia keilmuan itu mampu digunakan untuk mengungkapkan hasil
berfikir logis secara cepat.
(2) Lugas dan jelas : bahasa Indonesia keilmuan di
gunakan untuk menyampaikan gagasan
ilmiah secara jelas dan tepat.
(3) Gagasan sebagai pangkal tolak : bahasa
Indonesia keilmuan di gunakan dengan orientasi gagasan. Hal itu berarti penonjolan diarahkan pada gagasan atau hal-hal yang di ungkapkan,
tidak pada penulis.
(4) Formal dan
objektif : komunikasi ilmiah melalui teks ilmiah merupakan komunikasi formal.
Hal ini berarti bahwa unsure-unsur bahasa Indonesia yang di gunakan dalam
bahasa Indonesia keilmuan adalah unsur-unsur bahasa yang berlaku dalam situasi
formal atau resmi. Pada lapis kosa kata dapat di temukan kata-kata yang berciri
formal dan kata-kata yang berciri informal (syafi’ie, 1992: 8-9).
Contoh:
berciri formal kata berciri informal
Korps korp
Berkata bilang
Karena lantaran
Suku cadang onderdil
4. laras ilmiah populer
Laras
ilmiah populer merupakan sebuah tulisan yang bersifat ilmiah, tetapi di
ungkapkan dengan cara penuturan yang mudah di mengerti. Karya ilmiah populer
tidak selau merupakan hasil penelitian ilmiah. Tulisan itu dapat berupa
petunjuk teknis, pengalaman dan pengamatan biasa yang di uraikan dengan metode
ilmiah. Jika karya ilmiah harus selalu di sajikan dalam ragam bahasa yang
standar, karya ilmiah dapat di sajikan dalam ragam bahasa yang standar, semi
standar dan nonstandar. Penyusun karya ilmiah populer akan tetap di sebut
penulis bukan pengarang, karena proses penyusunan karya ilmiah populer sama
dengan proses penyusunan karya ilmiah. Pembedaan terjadi hanya dalam cara
penyajianya.
Seperti
di uraikan di atas, persyaratan berlaku bagi sebuah karya ilmiah berlaku pula
bagi karya ilmiah populer. Akan tetapi, dalam kaya ilmiah populer terdapat pula
persoalan lain, seperti kritik terhadap pemerintah, analisi atas suatu
peristiwa yang sedang populer di masyarakat, jalan keluar bagi persoalan yang
sedang di hadapi masyarakat, atau sekedar informasi baru yang ingin di
sampaikan kepada masyarakat.
Jika
karya ilmiah memiliki struktur yang baku, tidak demikian halnya dengan karya
ilmiah populer. Oleh karena itu, karya ilmiah populer biasanya di sajikan dalam
media surat kabar dan majalah, biasanya, format penyajianya mengikuti
format yang berlaku dalam laras
jurnalistik. Pemilihan topik dan perumusan tema harus di rumuskan dengan
cermat. Tema itu kemudian di kerjakan dengan jenis karangan tertentu, misalnya
narasi, eksposisi, argumentsi, atau deskripsi. Secara lebih rinci lagi, penulis
dapat mengembangkan gagasanya dalam berbagai bentuk pengembangan paragraph
seperti pola pemecahan masalah, pola kronologis, pola perbandingan, atau pola
sudut pandang.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Ragam
bahasa aslah variasi penggunaan bahasa tergantung dari topik yang sedang di
bicarakan dengan kawan bicara maupun pada saat situasi resmi. Kadang penggunaan
bahasa yang ragam bahasa yang baik banyak di gunakan oleh kalangan terdidik,
kalangan pejabat, maupun kalangan pengusaha. Sedangkan laras bahasa adalah
kesesuaian bahasa dan fungsi pemakainya, dalam hal ini laras bahasa menitik
beratkan pada media penggunaanya.
2.
Saran
Lebih
memberikan pengenalan ragam bahasa dan laras bahasa pada masyarakat terutama
pada anak-anak dan remaja untuk mengurangi terjadinya penyimpangan-penyimpangan
kaidah bahasa dan penggunaan bahasa tidak baku yang bukan pada tempatnya.
No comments:
Post a Comment